Kenapa Dieng Berbukit-Bukit?

Pernahkah kamu berpikir, kenapa Dataran Tinggi Dieng itu berbukit-bukit, ya? 

Di indonesia, setidaknya, ada lebih dari 30 wilayah yang termasuk dalam kategori dataran tinggi. Dari sekian banyak dataran tinggi di Indonesia, Dieng memiliki kawasan berbukit dengan kawah aktif yang relatif banyak dan berdekatan dibanding dengan wilayah lainnya. Meskipun memiliki puluhan kawah aktif, beberapa di antaranya dijadikan kawasan wisata dengan pemantauan ketat dari Pos Pengamatan Gunung Api Dieng. Bertengger di antara kompleks puncak Rogo Jembangan di sebelah barat, dataran tinggi ini memiliki ketinggian sekitar 1.600–26.00 mdpl. Dataran Tinggi Dieng membentang antara 4–6 km wilayah utara hingga selatan dan lebih kurang 11 km wilayah barat hingga timur. Dengan begitu, kawasan Dieng mencakup wilayah yang cukup besar. 

Oleh karena melingkupi kawasan yang cukup luas, membuat Dataran Tinggi Dieng dibagi menjadi enam wilayah administratif: Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Temanggung. Uniknya lagi, batas dari empat kabupaten di antaranya dapat kamu temukan di puncak Gunung Prau, lho!

Peta Kawasan Dieng oleh Auzaie Ihza Mahendra

Wilayah-wilayah kabupaten ini bisa dilihat dari peta yang direka ulang oleh Auzaie Ihza Mahendra yang mengambil sumber dari Hery Santoso melalui bukunya Rajah Merah di Ladang Kentang dan peta bumi Indonesia skala 1:25.000 (2014). Wilayah administratif ini juga menjadi acuan program Kelas Menulis Dieng dan Residensi di Tani Jiwo yang diadakan tahun 2021 dan 2022. 

Dari catatan para ahli vulkanologi, Dataran Tinggi Dieng terbentuk sejak 3,6 juta hingga 2.500 tahun yang lalu. Menurut beberapa sumber, sebelum terbentuk menjadi dataran tinggi, kawasan ini merupakan area gunung api purba bernama Gunung Prahu. Namun, tidak sama dengan gunung Prau, ya. Meskipun memiliki nama serupa, Gunung Prahu Purba diketahui terletak berhimpitan di Kompleks Rogo Jembangan, Gunung Api Tlerep, dan Gunung Api Djimat. 

Akibat aktivitas ketiga gunung api tersebut, Gunung Prahu Purba terpotong oleh kaldera besar pleistosen dan memunculkan puncak-puncak kecil gunung api. Nama-nama gunung tersebut di antaranya Gunung Bisma, Gunung Seroja, Gunung Nagasari, Gunung Palangona Mardada, Gunung Pager Kandang (Sipandu), Gunung Sileri, Gunung Igir Binem, dan kelompok Gunung Dringo hingga Gunung Petarangan. Gunung-gunung ini menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik, dan aktivitas hidrotermal yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.

Meskipun begitu, siklus erupsi dari setiap kawah yang ada di Dieng termasuk lama. Hal tersebut membuat tanah di dataran tinggi ini sangat subur dan mampu menghidupi lebih dari sejuta penduduk! Jumlah ini terus bertambah sejak abad ketujuh kala Kerajaan Kalingga masih berkuasa di wilayah Dieng.

Berkat kerajaan ini pula, Dieng memiliki berbagai bangunan purbakala. Selanjutnya, bangunan purbakala untuk pemujaan dan non pemujaan terus bertambah jumlahnya seiring pergantian kekuasaan. Tercatat ada 117 bangunan yang dirangkum dari catatan Hindia-Belanda. Salah satu candi yang terkenal, yakni Kompleks Candi Arjuna. Dari catatan beberapa sumber, candi ini dibangun di atas kawah-kawah kecil yang sudah tidak aktif.

Kini, tersisa 5 bangunan candi dan 6 bangunan non pemujaan yang masih kokoh berdiri. Kamu bisa mengunjungi candi-candi tersebut, lho. Puing-puing candi  pun dirawat oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya di Museum Kailasa. Selain itu, deretan gunung dan bentang alam Dieng juga sayang untuk dilewatkan kala mengisi liburanmu. Eits, tentu harus tetap waspada, ya!

Penulis: Yosi Basuki

Booking on :