Jika kamu sudah mengikuti atau sudah pernah berkunjung ke Tani Jiwo sejak lama, tentu kamu akan sering mendapat rekomendasi main ke Pasar Batur oleh teman-teman kami. Bukan tanpa alasan pasar ini menjadi rekomendasi. Selain sebagai pusat perputaran ekonomi warga Dieng dan sekitarnya, pasar ini menawarkan keunikan lain yang bisa saja tidak ditemukan di tempat lain.
Sebagai warga Dieng yang resmi sejak 2017 silam, tentu Tani Jiwo membutuhkan pasokan suplai bahan baku dari pasar terdekat. Dahulu, kami hanya mengandalkan apa yang ada di pasar Wonosobo. Mengingat jaraknya yang tidak dekat, terkadang membuat kami merasa cukup lelah untuk menempuh perjalanan hingga pusat Kabupaten Wonosobo. Sebelumnya, merambah wilayah bagian barat hostel kami adalah hal yang tidak terbayangkan.
Namun, setelah memberanikan diri berkeliling ke Desa Kepakisan dan sekitarnya, kami menemukan sebuah pasar di atas awan yang kemudian menjadi andalan suplai kebutuhan hostel. Kami selalu terkesima dengan barang yang dijual di Pasar Batur. Setiap 35 hari sekali, selalu ada pembaharuan jenis barang yang dijajakan.
Bisa jadi, ini adalah salah satu alasan mengapa kami senang sekali berkunjung ke Pasar Batur. Meskipun hanya untuk cuci mata. Sejatinya, Pasar Batur adalah pasar pada umumnya. Pasar ini juga menjadi sumber kehidupan bagi lebih dari 300 ribu jiwa di sekitar Dieng. Dengan cakupan konsumen sejumlah tersebut, bisa kamu bayangkan besarnya pasar ini?
Ya, Pasar Batur memang cukup luas bagi kami. Di masing-masing lantai yang ada di pasar ini, kami selalu menemukan keluarga baru dengan cerita menarik dibaliknya. Seperti takpernah habis rasa penasaran kami pada pasar ini, karena ragam barang yang dijajakannya serta orang-orang yang kami temui di pasar ini.
Rasa penasaran dan ketertarikan kami pada pasar inilah yang kemudian kerap kami ceritakan melalui lisan ataupun media sosial yang dimiliki. Mulai dari keragaman barang yang dijajakan, orang-orang yang begitu hangat menyambut kami di pasar, hingga sensasi berbelanja di atas awan ini yang rasanya perlu dikenalkan pada siapa pun yang berkunjung ke hostel kami.
Pasar Batur terletak di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Secara geografis, pasar ini masih masuk dalam gugusan wilayah Dieng. Berada di ketinggian sekitar 1.650 mdpl, bisa dikatakan bahwa Pasar Batur adalah pasar terlengkap dan tertinggi di Jawa Tengah yang kami ketahui. Atau, bisa saja pasar ini adalah pasar terlengkap dan tertinggi di Pulau Jawa? CMIIW….
Pasar Batur memiliki bangunan layaknya mezzanine dengan tiga lantai. Di lantai pertama dekat pintu masuk, terdapat kurang lebih 20 kios yang menjajakan camilan kiloan. Mulai dari roti kering sejenis kembang goyang, pang pang, astor, nastar, hingga putri salju. Lalu, ada jenis camilan lain seperti keripik, kerupuk, roti semir dalam kemasan kiloan, hingga wafer dengan berbagai rasa. Lalu, tepat di sebelah deretan kios camilan, terdapat kios pakaian yang berjajar sekitar 6 blok. Lalu, selanjutnya ada kios perkakas rumah sebanyak 2 blok. Sedikit ke timur, terdapat kios baju purnamilik sejumlah 3 blok, dengan masing-masing kios sebesar 5×3 meter. Lalu, di antara tangga penghubung antarlantai yang berada tepat di tengah pasar, terdapat 2 hingga 5 kios yang dipergunakan untuk warung makan.
Di lantai bawah, terdapat kios-kios penjaja buah segar sekitar 6 blok. Persis berjajar dengan kios buah, terdapat 7 hingga 8 blok kios yang menjajakan sayur-mayur. Di bagian luar sisi timur, terdapat jalan ke atas menuju parkiran motor indoor. Di sekitar jalan tersebut, terdapat beberapa penjual tembakau lengkap dengan garit atau papir atau kertas pembungkus rokok serta korek lawasnya. Persis di bawah jalan tersebut, terdapat akses menuju bagian bawah pasar yang dipergunakan untuk jual beli hewan ternak hidup. Di sisi barat pasar, terdapat penjual sayur mayur yang bersanding dengan penjual ikan segar dan penjual daging. Area barat ini juga merupakan jalan menuju Desa Pagentan.
Di seberang pasar bagian barat terdapat masjid yang digunakan warga sekitar untuk menjalankan ibadah. Uniknya, di sekitar masjid ini juga dijadikan area berjualan karena kurangnya kios yang berada di dalam pasar. Persis di seberang pasar juga digunakan warga untuk berjualan sayur-mayur, daging, hewan ternak, buah segar, hingga peralatan dapur dan barang fesyen.
Sekalipun memiliki bangunan khusus pasar, nyatanya warga memanfaatkan wilayah sekitar pasar hingga luasan 900 m2 untuk aktivitas pasar. Dan di luasan wilayah ini, kami menemukan apa saja yang menarik.
Warung Sauto Batur Mak Ucuk
Sudah tidak asing bukan dengan nama Mak Ucuk? Ya, beliau adalah salah seorang penjual makanan khas Batur yang berasal dari Jawa Barat. Karena warungnya yang cukup luas, kami dan teman-teman Dieng Travel sering membawa rombongan tamu mencicipi sauto Batur ke warung ini.
Keunikan warung ini terletak pada bagian daging yang disajikan. Potongan daging iga. Seperti diketahui, bagian daging ini cukup pricey dan digunakan beberapa restoran kenamaan sebagai sajian premium. Namun, karena pasokan daging yang melimpah di Batur, warung ini berani menyediakan daging iga dengan harga yang terjangkau. Selain itu, kita juga bebas menambah nasi tanpa biaya tambahan.
Kios baju second atau purnamilik di dalam pasar
Fesyen baju bekas atau thrift shop sebenarnya sudah lama menjadi andalan warga Dieng. Yang dicari bukan merek terkenal, tetapi kualitas bahan yang cukup memadai untuk menghalau dingin di wilayah yang tergolong bercuaca ekstrem ini.
Di dalam pasar Batur sisi timur, seperti yang sudah dijelaskan di atas, terdapat 3 blok berisi penjaja baju bekas. Setiap hari pasaran, para penjualnya akan memperbaharui barang dagangan hingga lebih dari 10 bal. Ragamnya terdapat jaket parka, jaket parasut, jas, kemeja, rompi, celana olahraga, hingga gaun terusan.
Jika kamu adalah salah satu pencari merek, kamu akan menemukan beberapa merek terkenal di kios-kios ini. Seperti Adidas, Nike, GAP, Uniqlo, dan H&M. Kisaran harga barang di sini Rp20.000,00 hingga Rp80.000,00 saja bergantung pada kondisi barangnya.
Penjual sayur-mayur dari Wonosobo
Sama seperti penjual sayur pada umumnya, penjual satu ini juga menyediakan sayur-mayur segar untuk dijajakan. Uniknya, di warung ini kamu akan menemukan beberapa sayur-mayur yang taklazim dijual di pasar Batur. Seperti daun kluban sawah, pakcoi, hingga kulit lumpia. Ketiga jenis produk tersebut memang kurang banyak diminati di Dieng, tetapi sang penjual tetap menyediakan untuk beberapa pembeli yang datang dari luar Dieng.
Seringnya, ia akan berangkat bersama bus jurusan Dieng-Batur yang berangkat paling pertama sembari mengangkut barang dagangannya. Lalu, ia akan pulang dengan bus serupa yang turun paling terakhir. Jika barang dagangan yang dibawa lebih dari kuota pada umumnya, ia memilih menggunakan kendaraan pick up dari salah satu keluarganya di kampung.
Untuk urusan membeli sayur dan bumbu-bumbu yang tidak dapat kami temui di sekitar Dieng, penjual ini menjadi andalan kami. Untuk kisaran harga, ia berpatok pada harga yang umum di pasar.
Penjual jajanan pasar Mbak Irma
Jajan pasar dengan puluhan ragamnya selalu menarik untuk dicicipi. Di sekitar Pasar Batur, kami bertemu Mbak Irma. ia adalah seorang pedagang jajanan pasar yang letak warungnya tepat di sebelah barat bangunan pasar. Warungnya menjadi wadah bagi puluhan produsen makanan ringan sekitar Batur yang dijajakan dari harga seribuan saja.
Bisa dikatakan, warung jajan Mbak Irma ini cukup lengkap. Mulai dari sus vla, piscok, dadar gulung, rainbow cake slice, roti gumpur, kue lumpur, gorengan, hingga sayur siap makan. Ada juga beberapa jenis keripik yang sudah dikemas kiloan. Ia pun juga menyediakan berbagai macam agar-agar dan jus.
Saking lengkapnya jajanan di warung yang hanya seukuran pos ronda ini, kami selalu mengandalkan Mbak Irma untuk kebutuhan camilan di resto kami. Takjarang juga, ketika sedang memilih beberapa camilan untuk dibawa pulang, kami memakan beberapa camilan yang tersedia di warung tersebut.
Toserba grosir
Rasanya, toserba yang menyediakan barang grosir bukanlah sesuatu yang spesial. Namun, di sekitar Batur, terdapat kurang lebih sepuluh toserba grosir yang berderet satu dengan lainnya. Barang yang dijual hampir serupa antara toserba satu dengan yang lain. Uniknya, pembeli di setiap toserba ini selalu antre dan membuat toserba-toserba ini tidak pernah sepi.
Umumnya, pembeli yang datang adalah pemilik warung kecil di desa sekitar Dieng. Barang yang dibeli pun tak hanya satuan, melainkan bal-balan atau dalam kemasan besar.
Toserba-toserba ini juga tetap melayani pembeli yang menginginkan barang satuan. Umumnya, toserba yang ada di sekitar Pasar Batur menjadi alternatif supermarket bagi masyarakat sekitar Dieng.
Warung Sauto Mbak Inung
Kalian pernah membaca cerita ini? Yak, Mbak Inung juga salah satu andalan kami ketika ingin menikmati sauto Batur dengan rasa dan porsi yang lebih ringan. Ia memiliki warung di dalam pasar sisi barat.
Processed with VSCO with g3 preset
Selain menjajakan sauto Batur, ia juga menyediakan berbagai sayuran, camilan, dan aneka minuman. Selain itu, ia juga menjual berbagai olahan bumbu, seperti bumbu rendang, bumbu kare, bumbu sauto, dan bumbu gulai yang siap digunakan.
Harga satu porsi sauto di sini kisaran Rp20.000,00 saja. Kamu bisa memilih ditambah dengan nasi atau dengan ketupat. Setiap penyajiannya, Mbak Inung selalu menyertakan tempe kemul hangat untuk pelengkap sauto buatannya. Potongan daging dalam satu porsi sautonya memang jauh lebih kecil dibandingkan milik Mak Ucuk, tetapi ukuran tersebut sangat pas bagi pembeli yang memiliki porsi makan tidak banyak.
Nah, temuan-temuan ini pun belum mencakup semua yang kami dapatkan kala berkunjung ke Pasar Batur. Ada juga pedagang ikan segar yang menggunakan truk tangki untuk membawa dagangannya ke pasar, ada juga apotek yang terselip di antara pedagang kembang api, ada pula pedagang kelapa yang menempati lapak bekas bengkel, dan ada juga pedagang tembakau yang menyisipkan batu kristal di salah satu barang dagangannya.
Rasanya keunikan-keunikan di Pasar Batur akan selalu ada setiap saat. Terlebih pada hari pasaran Pahing dan Wage. Kedua nama hari dalam budaya Jawa tersebut merupakan puncak perdagangan di Pasar Batur. Para penjual akan menjajakan lebih banyak ragam dan jumlah barang dagangan, sedangkan para pembeli akan membelanjakan uang dalam jumlah yang lebih besar.
Hampir bisa dipastikan, setiap dua hari pasaran tersebut, wilayah Pasar Batur dan sekitarnya akan lebih macet dari hari-hari lainnya. Ya, meskipun menjelang lebaran dan tahun baru juga pasti akan lebih macet. Kemacetan ini tidak hanya berasal dari ramainya pembeli yang datang, tetapi juga pedagang temporer yang menggelar dagangannya di kendaraan pribadi. Ada yang berjualan buah, ada yang berjualan binatang peliharaan, ada yang berjualan camilan ringan, hingga produk fesyen!
Lalu, kenapa kami sering main ke pasar ini meskipun macet?
Karena, kami selalu menemukan keunikan dan cerita baru setiap berkunjung. Selain mendapatkan kebutuhan pokok, kami jadi memahami hangatnya relasi yang terjalin di pasar di atas awan ini. Takjarang, kami selalu disapa oleh beberapa pedagang meskipun kami tidak mampir ke kiosnya.
“Mbak/Mas, suwe temen ora katon. Mampir tah,” yang berarti “Mbak/Mas, lama sekali tidak pernah terlihat (di pasar). Mampir (kemari), yuk.”
Ya, meskipun kami juga memiliki keterbatasan untuk menghafal nama-nama setiap pedagang yang kami temui di sini. Tapi, wilayah padat seluas 900 m2 itu berhasil membuat kami merasa seperti di rumah.
Layaknya rumah yang kami banggakan, itulah alasan kami kerap mengenalkan Pasar Batur pada teman-teman yang berkunjung ke Dieng.