Nandur Dulur #5: Perjuangan Mak Ucuk di Dieng

Berbicara tentang Dieng, selain pariwisata dan pertaniannya, ada juga kuliner khas yang siap memanjakan lidah. Bukan carica, bukan juga mi ongklok. Yakni, sauto Batur. Mungkin masih sedikit orang yang mengetahui tentang kuliner ini. Beberapa mengetahui sauto adalah makanan khas Kota Tegal. Meskipun ada kemiripan, tetapi sauto Batur memiliki cita rasa rempah yang kental tanpa isian sayur. Kuliner inilah yang diam-diam membuat banyak orang kangen kembali ke Dieng.

Mayoritas masyarakat Dieng di area Batur sudah paham betul bagaimana mengolah kuliner satu ini. Di momen Iduladha menjadi saat yang tepat untuk menyajikan masakan ini agar dapat dinikmati bersama keluarga besar. Sekalipun begitu, nyatanya, banyak penjual yang menjajakan kuliner ini pada hari-hari biasa. Namun, apa jadinya jika salah seorang penjual kuliner ini bukan orang asli Dieng? Apakah rasanya masih sama dengan olahan penduduk asli?

Kami menyebutnya nandur dulur. Sebuah paduan kosa kata dari bahasa Jawa yang berarti menanam persaudaraan. Kemudian, kami praktikkan sehari-hari dengan menjalin komunikasi dengan warga sekitar. Perjalanan ini membawa kami bertemu dengan Mak Ucuk, seorang pendatang dari Jawa Barat yang menjajakan sauto Batur.

Mak Ucuk menginjakkan kaki pertama kali di Dieng pada tahun 1996 bersama suaminya. Kala itu, anak semata wayangnya masih sangat kecil untuk memahami keadaan orang tuanya yang pindah ke Batur. Memutuskan tinggal di Batur bukan sesuatu yang mudah bagi Mak Ucuk. Meskipun Batur adalah kampung halaman suaminya, mereka sempat lama tinggal di Jakarta. Mereka merasakan lika-liku kehidupan yang diperjuangkannya di Jakarta. Kebahagiaan mereka bertambah kala anak pertamanya lahir. Namun, persaingan di Jakarta membuat mereka harus siap beranjak dari kota metropolitan itu.

Mak Ucuk akhirnya menjual sauto Batur dibantu suami dan anaknya. Ia berjualan sejak tahun 2004, menyulap sebagian rumahnya menjadi tempat makan untuk para pengunjung.

Berjualan makanan khas di perantauan tentu memiliki dinamikanya sendiri. Demi bertahan dan mengumpulkan pundi-pundi, Mak Ucuk dan keluarganya rela tidak pulang kampung ke Jawa Barat hingga 5 tahun. Selain karena biaya tinggi, tentu saja karena pandemi yang sempat menghentikan aktivitas masyarakat pada tahun 2020 hingga 2021.

Kami mengenal Mak Ucuk yang selalu ceria menyambut para pelanggan. Takjarang, kami disambut bagai anak yang pulang ke rumah. Ada saja cerita yang ia sampaikan kala kami berkunjung. Mulai dari harga barang di pasar yang melonjak, hingga cerita-cerita tentang perubahan Dieng pun turut ia sampaikan pada kami.

Keberanian Mak Ucuk bertahan di Dieng membuatnya dikenal dengan panggilan wong Mbandung oleh warga sekitar. Taksedikit pula yang memanggilnya dengan sebutan Mama atau Mamak, seolah ia adalah ibu dari sebagian masyarakat Batur. Bukan tanpa alasan panggilan-panggilan ini disematkan padanya. Ia cukup aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat. Membantu tetangga yang sedang memiliki hajat melalui jasa katering, hingga mengerahkan tenaganya untuk masak di tempat hajat, atau sekadar menyempatkan datang ke hajatan tetangga-tetangganya.

Dengan cara ini, warga Batur makin mengenal Mak Ucuk beserta keluarga dan usaha yang mereka kerjakan.

“Nandur sing apik, panen sing apik,” ujar Mak Ucuk dengan logat Sundanya yang masih kental.

Artinya, menanam yang baik, menuai hasil yang baik. Ini adalah secuil prinsip Mak Ucuk yang diajarkan pada kami. Ia tidak bisa memungkiri masih banyak yang memandangnya sebelah mata dalam melakukan upaya-upaya baik ini. Baginya, takada waktu untuk mendengarkan ucapan buruk dari orang lain. Tuhan tidak tutup mata dengan usahanya.

Mungkin kami baru sebentar mengenal Mak Ucuk. Akan tetapi, pelajaran yang ia sematkan dari obrolan-obrolan santai ini membuat kami makin berkembang. Perjuangan beliau membuat kami semangat beradaptasi di lingkungan-lingkungan baru yang kami sambangi.

Jika suatu hari kamu ke Dieng, kami ajak kenalan sama Mak Ucuk, ya! Jangan lupa mencicipi sauto Batur buatan beliau. Mantaaap!

Penulis: Yosi Basuki

Booking on :