Rekomendasi Pendakian di Sekitar Dieng

Bicara tentang Dieng, selalu terlintas dataran tinggi yang berbukit-bukit mengelilingi hamparan ladang hijau dan pemukiman, bersanding dengan candi-candi yang masih kokoh berdiri hingga kini. Pemandangan hamparan hijau ini selalu berhasil menarik banyak wisatawan untuk datang berkali-kali ke Dieng. 

Kontur ini terjadi akibat letusan Gunung Prahu Purba berjuta-juta tahun lalu. Letusan tersebut menimbulkan kaldera berbentuk cekungan mangkuk yang kini disebut Dataran Tinggi Dieng. 

Nah, setidaknya setelah film 5 CM (2012) lalu, wisata mendaki gunung jadi lebih banyak peminat. Pada tahun yang sama, pamor salah satu gunung di Dieng menjadi cukup naik di antara kalangan pendaki. Dampak dari hal itu, tidak sedikit pendaki yang menuangkan momen naik gunung ke media sosial hingga blog-blog pribadi.

Rata-rata pendaki di Dieng kala itu berasal dari luar kota. Bahkan ada beberapa pendaki yang datang dari negara lain karena membaca sebuah blog tentang gunung di Dieng.

Makin bertambah tahun, seturut dengan berkembangnya dunia maya, makin mudah pula mengenalkan beberapa puncak gunung yang menjadi alternatif pendakian di Dieng. Para pendaki yang datang pun memiliki lebih dari satu opsi pendakian dengan ketinggian lebih beragam.

Lalu, mana saja gunung yang bisa menjadi opsi pendakian di Dieng? Berikut hasil rangkuman kami.

  1. Gunung Prau

Siapa yang tidak mengenal gunung ini? Berkat popularitas film 5 CM-lah gunung ini mendapatkan pamornya. Setidaknya begitulah yang dirasakan teman-teman di sekitar Basecamp Gunung Prau. Bagi beberapa pendaki, gunung ini termasuk yang mudah untuk pendaki pemula dengan ketinggian 2.590 mdpl. Letaknya yang membujur ke arah tenggara, membuat Gunung Prau dinaungi empat wilayah administratif, yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Batang. Tanda pembatas wilayah ini bisa kamu temukan di puncak yang dekat dengan tower listrik.

Terdapat setidaknya delapan basecamp jalur pendakian, di antaranya melalui Patak Banteng dengan jarak relatif singkat, melalui Dwarawati Dieng dengan jalur lebih landai, melalui Kalilembu untuk sensasi pendakian yang lebih menantang, melalui Wates yang bisa mengantarkanmu menggunakan ojek hingga pos 1, melalui Igirmranak yang menawarkan sensasi melalui terowongan semak cukup panjang, melalui Pranten di Kabupaten Batang arah barat laut, melalui Ngelak dari Kabupaten Batang arah utara, dan melalui Kenjuran yang menawarkan jalur dipenuhi hutan sepanjang pendakian.

Basecamp Dwarawati, Kalilembu, dan Patak Banteng lebih banyak diminati pendaki dengan keunggulan masing-masing. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mendaki gunung ini sekitar 3 jam saja dari seluruh basecamp yang tersedia. Untuk dapat mendaki ke Gunung Prau, diperlukan pembayaran biaya retribusi sebesar 20.000 rupiah, fasilitas basecamp 10.000 rupiah, serta biaya parkir kendaraan menginap 10.000 rupiah untuk motor dan 20.000 untuk mobil. Selain biaya itu, para pendaki yang ingin ke Gunung Prau harus mendaftarkan diri lebih dahulu di pos yang sudah tersedia.

Jika kamu berencana untuk mendaki Gunung Prau, bulan Juli hingga bulan Agustus adalah rentang waktu terbaik. Pada waktu ini, cuaca lebih cerah sehingga pemandangan yang didapatkan dari puncak gunung tentu lebih jernih.

Di setiap basecamp Gunung Prau sudah dilengkapi toilet dan kamar mandi. Ada pula tempat parkir yang selalu dijaga oleh petugas, warung, hingga supermarket untuk melengkapi kebutuhan para pendaki. Rata-rata pos yang perlu dilalui dari setiap basecamp gunung ini ada tiga dengan jarak di kisaran 1 km. 

  1. Gunung Pakuwaja

Gunung yang digadang-gadang sebagai paku Pulau Jawa ini memiliki ketinggian 2.421 mdpl. Berada sederet dengan Gunung Bismo, Bukit Seroja, dan Bukit Sikunir yang berseberangan langsung dengan Gunung Prau. Di puncaknya, pendaki akan menemukan sebuah batu besar serupa paku yang seolah tersangkut di antara himpitan bukit dan menjadi asal muasal nama gunung ini. Selain itu, akan terlihat pemandangan wilayah Kabupaten Wonosobo di antara lekukan-lekukan kaki gunung di sekitarnya. Gunung Pakuwaja termasuk salah satu gunung dengan kawah yang masih aktif. Tidak heran, kala berada di puncak gunung ini, akan tercium bau belerang yang samar-samar.

Jalur pendakian Gunung Pakuwaja terbilang sedikit menantang. Ini karena Gunung Pakuwaja memiliki perengan yang cukup terjal di beberapa titik. Terdapat tiga jalur pendakian untuk sampai ke puncak, yaitu jalur Desa Parikesit, jalur gapura Dieng Plateau Desa Wadas Putih, dan jalur Desa Sembungan. Sayangnya, di jalur Desa Parikesit belum dilengkapi plang petunjuk arah, sehingga pendaki yang melalui jalur ini diharapkan bisa bertanya pada warga sekitar. Masing-masing jalur pendakian memiliki tantangannya tersendiri tentunya. Jalur Desa Wadas Putih memiliki jarak relatif dekat, tetapi tanjakannya cukup terjal dengan kemiringan hampir 70 derajat! Adapun jalur Desa Sembungan terbilang cukup landai tapi berkelok dan melewati perkebunan warga lebih panjang.

Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak gunung ini kurang lebih satu jam. Dari masing-masing basecamp, terdapat tiga pos pendakian yang perlu dilalui pendaki hingga sampai ke puncak. Setiap basecamp yang tersedia ini sudah dilengkapi fasilitas musala dan toilet. Di sekitar puncak Gunung Pakuwaja, terdapat dua titik camp ground yang aman bagi para pendaki yang ingin mendirikan tenda. Letaknya tidak jauh dari batu besar serupa paku tersebut.

Cukup membayar tiket masuk seharga 10.000 rupiah, kamu sudah bisa mendaki Gunung Pakuwaja dan menikmati sensasi pemacu adrenalin selama pendakian. Tertarik menikmati pendakian gunung ini?

  1. Gunung Bismo

Masih sederet dengan Gunung Pakuwaja, Gunung Bismo juga takkalah menarik untuk dikunjungi. Gunung dengan ketinggian 2.365 mdpl ini memiliki jalur pendakian yang terbilang ringan dan memiliki pemandangan fantastis. Gunung yang masih dikelilingi hutan ini memiliki lima puncak berderet dengan nama-nama yang unik, yaitu Puncak Tugel (2.332 mdpl), Puncak Indraprasta (2.365 mdpl), Puncak Nemu-Nemu (2.348 mdpl), Puncak Gandhara (2.354 mdpl), dan Puncak Hastinapura (2.338 mdpl). Terdapat tiga camp ground yang terletak di bawah Puncak Indraprasta, dekat pos 4 jalur Dero Duwur, dan di bawah Puncak Tugel. Selain itu, satwa liar, seperti lutung, masih banyak ditemukan di sekitar hutan di gunung ini.

Terdapat lima jalur pendakian dengan tantangan dan panorama yang berbeda-beda karena letak gunung ini berhimpitan dengan Kabupaten Wonosobo, empat jalur di antaranya berada di sisi barat laut kabupaten ini. Jalur yang pertama dan cukup terkenal adalah via Desa Sikunang. Melalui jalur ini, pendaki akan melewati tiga pos pendakian. Jalur Sikunang terbilang cukup singkat. Hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam hingga mencapai puncak Indraprasta. Tarif masuknya masih secara sukarela dan terdapat ojek yang dapat mengantarkan pendaki hingga pos 2 seharga 30.000 rupiah. Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Di pos 3 jalur ini, terdapat musala dan toilet yang bisa digunakan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan hingga puncak.

Jalur lainnya adalah melalui Silandak di Desa Slukatan, Kabupaten Wonosobo. Jalur ini juga cukup terkenal di kalangan pendaki. Meskipun memakan waktu hingga 4 jam pendakian, jalur ini memiliki 3 pos saja. Perjalanan dari pos 3 menuju puncak melalui jalur ini, pendaki diharap berhati-hati karena jalur yang terjal hingga kemiringan hampir 90 derajat. Terdapat tali rotan untuk membantu pendaki melewati jalur ini. Melalui jalur Silandak, pendaki bisa langsung menuju puncak Hastinapura, lho.

Jalur selanjutnya adalah melalui Desa Dero Duwur, Kabupaten Wonosobo. Jalur ini memiliki empat pos pendakian dan melewati area hutan yang menjadi habitat lutung. Jalur Dero Duwur terbilang cukup santai dan ringan. Melalui jalur ini, pendaki dapat langsung menuju camp ground pada ketinggian 2.204 mdpl.

Lalu, jalur berikutnya melalui Desa Pulosari dan melalui Desa Maron. Kedua jalur ini memang kurang begitu familier di antara pendaki. Ada aturan khusus yang membatasi pendaki hanya sejumlah maksimal 100 orang per harinya. Tarif masuknya sebesar 25.000 rupiah per orang. Aturan tersebut dibuat karena jalur ini melewati area utama habitat satwa liar dan diharapkan pengunjung tidak mengganggu keberadaannya. Meskipun jalurnya terbilang santai dan ringan, pendaki tidak disarankan melalui jalur ini untuk pendakian malam.

  1. Gunung Sipandu

Gunung Sipandu digadang-gadang sebagai tempat terbaik bagi wisatawan yang ingin belajar mendaki. Gunung ini memiliki ketinggian 2.241 mdpl saja dengan jalur pendakian yang ringan, santai, cepat, dan mudah. Sekalipun memiliki beberapa jalur pendakian, jalur melalui Desa Pawuhan, Dieng adalah yang paling direkomendasikan. Basecamp jalur Pawuhan sudah dilengkapi pos penjagaan dengan tiket masuk seharga 10.000 rupiah. Terdapat area parkir motor dan mobil dengan harga 10.000 dan 20.000 rupiah. Selain itu, terdapat fasilitas umum seperti toilet dan musala di dekat basecamp.

Mendaki Gunung Sipandu, pendaki hanya perlu melewati dua pos saja, yaitu pos 1 Ngkosong atau Ngebrak dan pos 2 Savana Mereng. Jarak masing-masing titik tersebut hanya 10 menit saja. Bahkan, perjalanan dari pos 2 menuju puncak bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit. Hanya ada satu jalan menanjak dari pos 2 menuju puncak Gunung Sipandu ini. Jalurnya yang dikelilingi ilalang memungkinkan pendaki melihat hamparan pemukiman dan perkebunan warga, gugusan Gunung Prau dan Gunung Sindoro, serta melihat jalur Tol Kahyangan Dieng-Batang. Batas vegetasi kebun warga dan puncak gunung ini pun relatif pendek. Sehingga tidak heran jika selama pendakian, kamu akan menjumpai motor petani yang membawa hasil panen.

Nah, itu tadi beberapa rekomendasi pendakian yang berhasil kami rangkum. Masih ada banyak pendakian yang patut dicoba selain yang tertulis di sini, lho. Untuk waktu terbaik menjelajah gunung-gunung ini tentu saja kala cuaca sedang cerah, ya. Pastikan mencari informasi lengkap ke basecamp pendakian yang kamu pilih agar momen mendaki gunung jadi semakin seru!

Penulis: Yosi Basuki

Booking on :