Wisata Experience, Model Liburan Baru yang Paling Kekinian

Berwisata ke tempat-tempat baru rasanya menjadi agenda yang perlu dilakukan setidaknya sekali seminggu. Selain untuk melepas penat, berwisata juga menjadi cara untuk menambah pengalaman tentang objek-objek andalan di suatu daerah. Jadi, ketika pulang kembali ke rumah, ada hal yang bisa diceritakan pada keluarga ataupun teman tentang wisata yang dilakukan.

Kiranya dengan kemajuan zaman, berwisata taklagi tentang foto-foto di spot buatan. Bukan lagi mengunjungi objek wisata tanpa tahu kegiatan yang akan dilakukan di tempat tersebut. Di era sekarang, berwisata adalah cara seseorang mengenal lebih dalam sebuah daerah melalui kegiatan singkat.

Ya, wisata macam ini dikenal dengan sebutan travel experience atau trip experience. Wisata ini tidak hanya mengenalkan keunggulan geografi sebuah wilayah saja, tetapi juga memperlihatkan secara gamblang bagaimana masyarakatnya hidup di lingkungan tersebut.

Tren ini mulai menyebar sejak tiga tahun terakhir. Mulai dari tempat wisata ternama di Bali dan Nusa Tenggara, lalu diikuti oleh kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Palembang, Semarang, serta Yogyakarta. Seiring ketenaran travel experience tersebut, kota-kota kecil dan daerah lainnya juga mulai menjajal menerapkan tren ini. Salah satunya Dieng dan Wonosobo.

Dua wilayah yang berdekatan ini juga mulai menerapkan tren travel experience dengan dipunggawai oleh anak-anak mudanya. Berikut adalah kegiatan travel experience yang digawangi oleh anak muda Dieng dan Wonosobo.

  1. Ngendong ke Pawon oleh Dieng Travel

Jika kamu belum tahu, Dieng Travel adalah saudara perusahaan dari Tani Jiwo Hostel. Seperti namanya, Dieng Travel bisa memenuhi seluruh kebutuhan wisata di Dieng. Sejak didirikan pada 2021 silam, Dieng Travel terus berkembang dan berinovasi agar kebutuhan wisata serta perjalanan ke Dieng bisa dijangkau dalam sekali ‘klik’. Sejak pertama berdirinya pun, terdapat banyak program berkaitan dengan aktivitas budaya di Dieng yang dikemas menjadi paket wisata intimate agar pengunjung dapat menikmati setiap aktivitas secara menyeluruh dan penuh.

Salah satu program yang digagas adalah Ngendong ke Pawon. Ngendong yang berarti bertamu dalam bahasa masyarakat Dieng dijadikan tajuk utama perjalanan ini. Pengunjung diajak bertamu ke rumah warga yang masih memiliki pawon ataudapur tradisional untuk merasakan kehangatan dan mengalami sendiri menjadi warga Dieng meski sesaat. Di rumah yang dikunjungi ini, pengunjung akan diajak bercerita sembari menghangatkan diri di dekat tungku tanam milik warga. Lalu, pengunjung juga akan disuguhi camilan dan makanan khas Dieng. Menu setiap kunjungan akan selalu berbeda. Rumah yang dikunjungi pun tidak selalu sama.

Ini adalah salah satu usaha Dieng Travel untuk mengenalkan budaya Dieng yang sesungguhnya pada wisatawan. Pengalaman bertamu memang sesuatu yang sangat lumrah di kehidupan masyarakat. Namun, tidak sedikit juga orang yang meninggalkan budaya itu karena kemajuan zaman. Sebab itu melalui trip ini, Dieng Travel mengajak wisatawan untuk menjaga kelestarian budaya lokal yang ada.

  1. Melambat di Desa oleh Ruang Melambat

Aktivitas yang dituntut serba cepat dan menjadi rutinitas memang melelahkan. Tidak dapat dipungkiri kebutuhan untuk istirahat menjadi penting bagi masyarakat yang lebih banyak hidup di perkotaan. Pilihan untuk istirahat dengan menghabiskan waktu di wilayah pedesaan rasanya sudah menjadi hal yang bertahun-tahun disepakati.

Kehidupan desa yang dominan dengan aktivitas minim teknologi modern memberikan kenyamanan tersendiri bagi orang perkotaan. Karena inilah, Ruang Melambat membentuk program Melambat di Desa. Program yang diadakan sebulan sekali di akhir pekan ini mengajak siapa pun yang berminat untuk menjalani kehidupan desa. Seperti memasak di pawon, salah satu dari rangkaian agenda Melambat di Desa, yang melibatkan peserta dalam proses mencari bahan hingga memasak makanan untuk dinikmati bersama.

Ruang Melambat sendiri baru didirikan tahun 2023 sebagai tempat singgah bagi para backpacker. Tempat ini tidak mematok biaya khusus dan tidak diakomodasi dengan online travel agent. Tidak pula membatasi hari bagi para backpacker yang datang. Tempat yang letaknya tepat di pinggir jalan utama Tambi ini dikelilingi kebun kubis dan jeruk yang bisa digunakan oleh pengunjung Ruang Melambat untuk membuat makanan sendiri.

  1. Tur edukasi oleh Jalan Pintas

Sekitar beberapa tahun terakhir, ada tren menyusuri seluk-beluk sebuah wilayah pemukiman penduduk dengan cara berjalan kaki. Peserta yang turut dalam kegiatan ini umumnya berasal dari luar daerah dan diajak untuk mengamati apapun yang dilewati sepanjang perjalanan. Kegiatan ini akan dipandu oleh seorang guide atau warga lokal yang menceritakan sejarah hingga fakta menarik dari sebuah wilayah. Tur akan dimulai dan selesai di sebuah titik yang cukup menarik. Tidak sedikit pula yang menyematkan kegiatan-kegiatan menarik selama perjalanan ini. Tur ini kemudian dikenal dengan sebutan walking tour. Sasaran lokasinya lebih merujuk pada tempat bersejarah sebuah wilayah dengan jarak berdekatan. Tur ini juga menjadi kegiatan wisata baru yang sedang digandrungi sebagian anak muda.

Mengadaptasi tren tersebut, Jalan Pintas hadir pada awal tahun 2023 dengan mengenalkan sisi lain dari pemukiman di Wonosobo. Tidak hanya menangkap gambar bangunan-bangunan unik, Jalan Pintas juga menceritakan sejarah tempat yang dikunjungi dari hasil riset dan wawancara warga sekitar. Di beberapa kesempatan, Jalan Pintas melibatkan anak-anak usia TK dan SD dalam kegiatan telusur wilayah Wonosobo. Kegiatan tersebut didukung dengan aktivitas menanam pohon, menggambar, hingga menikmati makan siang bersama. Bagi Jalan Pintas, anak juga perlu dikenalkan dengan kompetensi wilayah tempatnya tinggal sejak dini. Ini ditujukan tidak hanya sebagai wisata, tetapi agar anak semakin mengenal tempat tinggalnya sendiri.

Selain itu, ada pula travel experience yang menjadi inspirasi kami.

  1. Pasar petani oleh Pasar Papringan

Rasanya, nama Pasar Papringan sudah tidak asing di telinga masyarakat era ini. Pasar yang diinisiasi oleh Singgih Susilo Kartono ini memanfaatkan sebidang lahan di tengah perkebunan bambu dekat pemukiman warga Dusun Ngadiprono. Pasar yang hanya buka di hari Minggu Wage dan Minggu Pon ini menjual berbagai jajanan, makanan, sayur-mayur, hingga kerajinan buatan warga dusun. Pasar ini menggunakan keping bambu sebagai alat transaksinya dan hanya buka dari jam 6 pagi hingga 12 siang.

Pada 2019, Singgih Kartono menerima penghargaan Kick Andy Hero’s karena pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui pasar ini. Menurut salah satu timnya, pasar ini juga menjadi sumber pendapatan tambahan warga yang sehari-hari bekerja sebagai petani tembakau. Seiring berjalannya waktu, wilayah Dusun Ngadiprono ini sudah dilengkapi homestay yang dapat menampung pengunjung dari luar kota. Perkembangan Pasar Papringan ini masih terus dipantau agar kegiatan utama sebagai petani tidak ditinggalkan.

Di pasar ini, pengunjung tidak hanya dapat menikmati kuliner, tapi pengunjung juga dapat merasakan suasana pedesaan yang tenang. Selain itu, pengunjung juga dapat turut dalam program workshop dan talkshow yang diadakan dalam kurun waktu tertentu.

  1. Walking tour oleh Cerita Bandung

Seperti yang sudah disebutkan, walking tour kini menjadi model wisata baru yang diminati oleh anak muda. Para agen yang menyediakan jasa walking tour ini juga mulai mengenakan tarif khusus untuk setiap perjalanan yang dilakukan. Seperti Cerita Bandung yang juga menyediakan jasa walking tour di wilayah Bandung dan sekitarnya.

Jadwal kegiatan mereka terbilang sudah cukup rutin pada tiap minggunya. Wilayah yang dilalui tidak hanya area perkotaan, tetapi juga area pedesaan hingga small hiking ke beberapa wilayah di Jawa Barat. Dalam waktu sebulan sekali, Cerita Bandung melakukan perjalanan ke luar Bandung dengan tajuk “Bersambang”. Di bulan Juli lalu, Cerita Bandung pun sempat melakukan perjalanan ke Dieng dan berkolaborasi dengan Tani Jiwo. Persis seperti jasa yang disediakan Cerita Bandung, kegiatan bersambang yang dilakukan Cerita Bandung di Dieng lebih banyak eksplorasi wilayah dengan berjalan kaki.

Itulah beberapa kegiatan travel experience yang kini tengah digandrungi. Jadi, alokasi dana untuk pembuatan spot selfie sepertinya harus mulai ditinggalkan, bukan?

Penulis: Yosi Basuki

Booking on :