Nasturtium, Bunga Liar Berjuta Manfaat

Kamu sudah pernah dengar bunga bernama nasturtium?

Bagi orang awam, nama bunga ini mungkin masih sedikit asing. Karena di Indonesia, bunga ini tidak tumbuh di berbagai tempat. Meskipun bunga ini diklaim sebagai bunga yang tahan pada segala kondisi, nyatanya tidak begitu. Bunga yang tumbuh subur di sekitar Dataran Tinggi Dieng ini akan mudah layu dan mati jika dibawa ke daerah dengan suhu lebih hangat. Meskipun hidup, ia tidak akan berkembang maksimal, seperti di Dieng.

Masih sedikit orang tahu tentang keberadaan bunga ini di Dieng. Nasturtium sebenarnya tersebar di sepanjang jalan wilayah Dieng. Jika kamu berkunjung ke Bukit Sikunir, Dieng Plateau Theatre, Candi Bima, dan sekitar Candi Setyaki hingga Museum Kailasa, kamu dapat menemukan bunga ini di sepanjang jalan. Bunga ini tumbuh bersama rumput-rumput liar lainnya, dan seringnya, berdekatan dengan tumbuhan labu siam, yang juga tumbuh liar di sekitar Dieng. Ya, jika diperhatikan lebih dekat, daun tanaman ini hampir serupa dengan daun labu siam. Bunganya memiliki warna cerah dan cukup memikat, sehingga siapa pun yang melewati sekitar jalanan ini, akan dengan mudah menemukannya.

Bunga nasturtium termasuk tanaman rambat yang memerlukan area tumbuh cukup besar. Di Dieng tanaman ini termasuk invasif karena perkembangannya yang cepat. Tanaman nasturtium, yang bernama latin Tropaeolum majus termasuk dalam famili Tropaeolaceae juss. Beberapa sumber mengatakan famili tanaman ini termasuk ordo Brassicales, tetapi ada juga sumber yang mengatakan bahwa famili ini termasuk ordo Geraniales. 

Secara umum, tanaman nasturtium memiliki daun berbentuk bundar, seperti cakram, dengan warna hijau tua sedikit kebiruan. Daunnya memiliki semburat garis-garis terang yang muncul dari tangkai bagian tengah. Spesies bunga nasturtium di Dieng bertumbuh dengan dua hingga tiga warna di setiap pohonnya. Bunganya berkelopak lima dengan warna kuning, oranye terang, dan merah. Putik dan benang sarinya terdapat pada setiap tangkai bunga. Tangkainya cukup tinggi di setiap aksis daun.

Bunga nasturtium juga memiliki buah yang dapat dikembangkan menjadi tanaman baru. Buah ini berbentuk seperti kemiri atau jenitri, yang di dalamnya terdapat tiga ruas biji tunggal. Biji ini dapat disemai dan tumbuh menjadi tanaman baru dengan kurun waktu 4–5 hari persemaian.

Uniknya, tanaman nasturtium akan menguning daunnya sebagai tanda tanaman tersebut masuk ke masa istirahat vegetatif. Jika begitu, pengairan yang mengarah pada tanaman ini sebaiknya dihentikan. Masa istirahat vegetatif ini umumnya mencapai 3–4 bulan. Sayangnya, masa istirahat vegetatif ini jarang ditemui di Dieng. Selain karena curah hujan yang tinggi, tanaman nasturtium di Dieng tumbuh di tempat yang cukup lembap. Sehingga, pada kurun waktu tertentu, tanaman akan mati dan tergantikan dengan tanaman nasturtium yang baru.

Sebagian besar orang di dunia mengenal nasturtium dari bunganya dengan warna yang menarik. Karenanya, bunga nasturtium lebih banyak digunakan untuk berbagai tujuan. Bagi para ahli dekorasi hidangan, bunga ini umumnya digunakan untuk dekorasi hidangan bertema tropis. Umumnya bersanding dengan timun dan buah bit atau buah tin. Bunga nasturtium juga dapat dimakan sebagai variasi sayuran dalam salad atau hidangan spring roll.

Selain itu, bunga nasturtium memiliki kandungan antiseptik dan antihipertensi. Beberapa orang menggunakan bunga ini untuk obat pilek, obat infeksi saluran kemih, dan membantu pembentukan sel darah baru.

Selain bunga, daun dan buah atau biji nasturtium juga dapat dimakan. Umumnya digunakan untuk campuran salad, seperti bunganya. Pengolahan daun nasturtium untuk konsumsi masih sedikit referensi yang ditemukan, terkalahkan oleh pamor bunganya yang juga menjadi primadona tanaman hias di beberapa negara.

Nah, sekarang jadi kenal ‘kan sama bunga nasturtium? Jadi, nanti kalau kamu berkeliling di Dieng, kamu pasti sudah bisa mengenali bunga ini. Sekali-kali, bisa juga lo nyobain makan bunga ini. Hihihi…. 

Booking on :