Nandur Dulur #6: Mbak Siti, Nandur Dulur Lewat Sayur Mayur
Layaknya kehidupan masyarakat di berbagai daerah, salah satu lapisannya adalah penjaja bahan masakan yang menempati ruang-ruang di tengah pemukiman warga. Ruang-ruang ini kadang bersifat temporer, karena ada kalanya para penjual akan berpindah tempat jika sang pemilik ruang tak berkenan memperpanjang kontrak.
Sekalipun Dieng adalah penghasil sayuran yang menjadi pemasok mayoritas pasar di daerah Jawa Tengah, tetap saja masyarakatnya membutuhkan variasi sayuran dalam makanan sehari-harinya. Kebutuhan variasi bahan pangan ini, kemudian, membuka kesempatan bagi beberapa orang untuk menjajakan sayur, daging, dan bumbu di sekitar Dataran Tinggi Dieng. Uniknya, hampir sebagian besar penjual bahan pangan di Dieng bukanlah warga lokal. Mereka ‘merantau’ dari kampung halaman yang berjarak 30–60 menit jauhnya dari Dieng membawa berbagai macam sayur, daging, dan bumbu untuk dijual. Kebutuhan bahan pangan ini juga membawa kami mengenal penjual-penjual sayuran di sekitar tempat tinggal dan mengetahui secuil cerita unik dari mereka.
Kami menyebutnya nandur dulur. Sebuah paduan kosa kata dari bahasa Jawa yang berarti menanam persaudaraan. Kemudian, kami praktikkan sehari-hari dengan menjalin komunikasi dengan warga sekitar. Perjalanan ini membawa kami bertemu dengan Mbak Siti, seorang penjual sayur di Dieng.
Kami kerap mendatangi Mbak Siti untuk berbelanja bahan masakan. Tidak hanya untuk kebutuhan resto, tetapi juga memenuhi keinginan kami meracik resep-resep masakan baru dari media sosial. Bahan masakan yang dijual oleh Mbak Siti tergolong lengkap dan beragam. Karenanya, kami memilih bahan masakan dari Mbak Siti.
Mbak Siti bukan penduduk asli Dieng. Ia tinggal bersama keluarganya di Kecamatan Garung, Wonosobo. Sejak tahun 1999, ia sudah berjualan sayur-mayur dengan memanfaatkan sebagian dari rumahnya. Rumahnya yang terletak takjauh dari Pasar Garung memudahkannya menyuplai barang jualan sewaktu-waktu. Ia cukup dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai penjual sayur yang ramah dan hangat. Ia memperlakukan setiap pembeli dengan pendekatan seolah-olah saudara sendiri. Keramahannya terbukti dapat membuat warungnya selalu ramai pembeli.
Di kisaran tahun 2015–2016, Mbak Siti mulai berjualan sayur di Dieng. Permintaan pasar yang tinggi di dataran ini memantapkan dirinya untuk berjualan di salah satu garasi milik warga. Meskipun ramai, takjarang Mbak Siti terpaksa berpindah tempat karena sang pemilik ruang takingin memperpanjang kontraknya. Setidaknya, hingga tahun 2023 ini, sudah 3 kali Mbak Siti berpindah lokasi.
Baginya, takmasalah jika harus berpindah lokasi. Tuhan tidak mungkin membiarkannya kesulitan mencari rezeki di negeri atas awan ini. Benar saja, sekalipun ia beberapa kali berpindah tempat, taksedikit pembeli yang rela menempuh jarak jauh demi mendapatkan bahan masakan dari warung Mbak Siti.
Kini, ia dibantu anak perempuannya berjualan. Tidak mau kalah dengan ibunya, anak Mbak Siti juga cukup lihai menyambut pembeli dan memberikan bahan masakan sesuai kebutuhan.
Nah, kamu juga harus mencoba masak sendiri di Dieng. Bahan-bahannya bisa beli di warung Mbak Siti. Sekalian kenalan dan dipilihkan bahan masakan terbaik darinya. Pasti rasa masakanmu akan lebih enak! Hihihi.