Legetang, Desa yang Hilang dari Dieng

Takdapat dipungkiri lagi, keindahan alam Dieng memukau siapa pun yang berkunjung. Bentang alam hijau sejauh mata memandang begitu menyejukkan, membuat siapa pun ingin kembali ke sini.

Di balik keindahan itu, Dieng juga terbentuk dari ribuan kawah aktif yang letaknya saling berdekatan. Di antara kawah-kawah tersebut, banyak orang mendirikan rumah dan berkegiatan seperti pada umumnya. Sebelumnya, masyarakat belum teredukasi tentang mitigasi bencana yang mungkin terjadi.

Hingga suatu hari, pada tahun 1955, sebuah dusun hilang dalam semalam akibat bencana longsor Gunung Pengamun-Amun. Dusun ini dikenal dengan nama Legetang. Terletak di kaki Pengamun-Amun dan Gunung Jimat yang dihuni oleh lebih kurang 350 jiwa.

Menurut kepercayaan yang beredar di masyarakat, kawasan Dusun Legetang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Baru mulai ditinggali pada tahun 1931, siapa pun yang tinggal di ini akan selalu berkecukupan hidupnya. Namun, warga dusun itu terlena dengan kenikmatan yang dirasakan secara turun-temurun tersebut. Warganya kemudian lebih sering berperilaku takbaik hingga alam memberi hukuman dengan memusnahkannya dalam semalam. 

Dikabarkan tidak ada yang selamat dari kejadian tersebut, bahkan beberapa tamu dusun ikut terkena getahnya. Lalu, pasca kejadian tersebut didirikanlah sebuah tugu penanda yang bertuliskan “TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955.

Tugu tersebut masih dapat dikunjungi hingga kini. Di balik cerita yang dipercayai masyarakat tersebut, letak Dusun Legetang memang berada di kontur geografis yang terjal sehingga sangat rawan terhadap bencana. Dusun ini memiliki wilayah yang cukup luas hingga berbatasan dengan Dusun Pawuhan dan Dusun Pekasiran. Pada tahun 1955, Gunung Pengamun-Amun mengalami longsor akibat keadaan tanahnya yang labil. Hal ini dikarenakan, sebelumnya, di sekitar kaki gunung tersebut, warga memanfaatkan tanahnya untuk lahan pertanian. Kondisi tanah gembur inilah yang membuatnya tidak kokoh menyangga bangunan di atasnya. Terlebih, di sekitarnya terdapat tebing-tebing curam yang juga dimanfaatkan warga untuk pertanian. Oleh karena itu, lazim jika kemudian dusun tersebut tertimbun dalam semalam. Korban dari kejadian ini adalah warga dusun yang rumahnya terletak persis di kaki gunung dan tebing-tebing curam tersebut. Jika digambarkan melalui peta, wilayah dusun bagian utara saja yang terkena bencana.

Pascakejadian tersebut, warga yang disinyalir sebagai ‘ekswarga’ Legetang membangun pemukiman baru yang letaknya sedikit jauh dari kaki Gunung Pengamun-Amun dan menamainya Dusun Kepakisan. Beberapa sumber menyebutkan, ekswarga Legetang juga bermukim di Dusun Pekasiran, Dusun Pawuhan, dan Desa Batur.

Berkembangnya infrastruktur di Dieng sejak saat itu juga berpengaruh terhadap keamanan warga yang bermukim. akin banyak edukasi tentang mitigasi bencana yang ditularkan kepada warga. Jika berkunjung ke Dieng dan sekitarnya, sudah banyak ditemui mercusuar di sekitar perkampungan warga yang dikelola karang taruna bersama lembaga terkait. Ini ditujukan untuk memantau aktivitas vulkanik dan pertanian warga di sekitarnya. Tak menutup kemungkinan juga jika ada yang berkunjung ke tugu Legetang tersebut, meskipun lokasi ini bukan tempat wisata umum.

Apakah kamu tertarik berkunjung ke tugu ini?

Penulis: Yosi Basuki

Booking on :