Legenda Kawah Sikidang

Siapa yang sudah pernah ke Kawah Sikidang?

Salah satu objek wisata di Dieng ini wajib kamu kunjungi. Terletak berjajar dengan Gunung Pangonan dan Gunung Reco Gede, Kawah Sikidang dikenal karena lokasi sumbu kawah yang berpindah-pindah. Sebab itu, pengelola membuat jalur khusus agar siapa pun yang berkunjung dapat melihat kawah ini dari jarak yang aman.

Kawah Sikidang termasuk kawah aktif terbesar di Dataran Tinggi Dieng. Kawah ini terbentuk akibat letusan gunung api purba di Dieng bertahun-tahun yang lalu. Kawah Sikidang memiliki satu telaga air panas kecil yang selalu mendidih dan lapangan celah gas dengan titik-titik yang selalu berpindah-pindah di dalam suatu lapangan seluas lebih kurang 4 hektare. Fenomena inilah yang membuat masyarakat sekitar melihatnya seperti kijang, dalam bahasa Jawa disebut kidang, yang senang melompat-lompat. Sekiranya, ini salah satu alasan munculnya nama Kawah Sikidang.

Namun, di balik fenomena alam tersebut, terdapat cerita legenda yang dipercaya masyarakat Dieng secara turun-temurun tentang kawah ini. 

Legenda ini dimulai dengan kepemimpinan Shinta Dewi, yang kecantikannya tersohor hingga seluruh negeri. Sudah banyak raja yang berusaha meminangnya, tetapi selalu ditolak. Kabar ini kemudian terdengar hingga ke telinga Pangeran Kidang Garungan. Ia adalah seorang pangeran yang kaya raya dan terkenal dengan para punggawanya yang rupawan. 

Suatu ketika, Pangeran Kidang Garungan berniat untuk meminang Shinta Dewi, sekaligus membuktikan kabar yang didengarnya tersebut. Lalu, ia mengirim beberapa prajurit dan salah satu punggawa terpercayanya ke kediaman Shinta Dewi. rombongan ini membawa berbagai macam mas kawin dan hasil bumi untuk Shinta Dewi.

Sesampainya di istana, rombongan disambut baik oleh Shinta Dewi. Para prajurit dan punggawa yang bertemu langsung dengan Shinta Dewi pun sempat terpesona pada kecantikannya. Lalu, salah satu utusan menyampaikan pesan dari Pangeran Kidang Garungan. Melihat semua mahar yang diberikan, Shinta Dewi tak bergeming. Namun, kala melihat sang punggawa yang menyampaikan pesan, ia tergelitik.

“Wah, punggawa utusannya saja begitu rupawan, bagaimana dengan pangerannya? Tentu lebih rupawan.”

Oleh karena itu, Shinta Dewi meminta pada punggawa tersebut untuk membawa Pangeran Kidang Garungan ke istananya. Dianggap sebagai sebuah penerimaan, punggawa dan prajurit Kidang Garungan kembali membawa kabar bahagia ini.

Beberapa hari selanjutnya, Pangeran Kidang Garungan datang langsung ke istana Shinta Dewi. Sang pangeran sudah berbangga diri dan siap membuat pesta pernikahan paling meriah kala itu. Rombongannya sudah diarak oleh warga menuju istana.

Sesampainya di istana, Shinta Dewi terkejut dengan rupa Pangeran Kidang Garungan. Bayangannya tentang pangeran tampan rupawan runtuh seketika kala melihat fisik sang pangeran. Kidang Garungan bertubuh manusia dengan otot-otot kekar di sekujur tubuhnya. Namun, ia berkepala kijang bertanduk dengan surai-surai di sekitar lehernya. Melihat itu, Shinta Dewi mengurungkan niatnya untuk menerima lamaran sang pangeran.

Namun, Shinta Dewi tidak menolak secara terbuka. Ia meminta salah satu dayangnya untuk memberikan satu syarat tambahan pada Pangeran Kidang Garungan.

“Jika benar sang pangeran adalah sosok yang tangguh, Yang Mulia meminta pangeran untuk membuatkan sumur paling dalam dan paling besar sebagai mahar mutlak baginya. Pangeran tidak diperkenankan dibantu oleh siapa pun. Sumur harus sudah selesai sebelum matahari terbit karena esok hari akan digunakan.”

Mendengar itu, pangeran menyanggupinya. Segera setelah beralih dari istana, pangeran memulai pekerjaannya dengan amat giat. Dayang-dayang lain diutus oleh Shinta Dewi untuk memata-matai pekerjaan sang pangeran. Salah satu dayang melihat pangeran terus menggali tanah menggunakan tangan dan tanduknya secara bergantian hingga kedalaman beberapa jengkal.

Mengetahui hal tersebut, Shinta Dewi makin khawatir. Ia takut pangeran terlalu cepat menyelesaikan pekerjaannya dan pernikahan benar terjadi. Shinta Dewi mencari akal agar pekerjaan pangeran tersebut tidak selesai.

Di tengah malam buta, Shinta Dewi mengutus beberapa dayang dan prajurit untuk menggagalkan usaha Pangeran Kidang Garungan. Para dayang dan prajurit yang diutus segera mengembalikan tanah yang dikeruk ke dalam lubang. Sang pangeran yang masih sibuk mengeruk di dalam lubang tersebut pun terpendam.

Saat fajar menyingsing, lubang sumur yang dikeruk Pangeran Kidang Garungan sudah rata kembali dengan tanah. Sekaligus, terpendam pula sang pangeran di dalamnya, sehingga pernikahan Shinta Dewi dan Pangeran Kidang Garungan berhasil digagalkan.

Begitulah legenda Kidang Garungan yang dipercaya oleh masyarakat Dieng hingga kini. Bekas lubang sumur itu dipercaya menjadi titik sumbu kawah Sikidang karena amarah Pangeran Kidang Garungan yang meluap. Ada sebagian masyarakat percaya, perpindahan kawah tersebut adalah ulah Pangeran Kidang Garungan yang mencari jalan keluar. Sebagian lagi percaya, Sikidang terbentuk karena sundulan tanduk sang pangeran yang begitu besar.

Saat ini, kamu bisa mengunjungi Kawah Sikidang setiap jam 7 pagi hingga jam 4 sore dengan harga tiket masuk sebesar Rp10.000,00 saja.

Tertarik berkunjung ke sini?

Booking on :