Carica, Buah Langka dari Dieng
Siapa yang kalau ke Dieng pasti cari buah carica?
Carica memang menjadi oleh-oleh favorit wisatawan kala berkunjung ke Dieng. Hal ini karena buah carica hanya ada di Dieng. Kamu bisa menemukan berbagai macam olahan carica di setiap toko oleh-oleh yang tersebar di Dieng. Mulai dari manisan, selai, roti isi carica, pie buah carica, keripik, permen, hingga ekstrak sirup. Tentu, semua olahan carica ini bisa didapatkan dengan harga terjangkau.
Dari sekian banyaknya jenis olahan buah carica, olahan manisan menjadi favorit bagi para wisatawan. Bahkan, permintaan yang tinggi membuat banyak pabrik olahan carica ini mengekspor produknya hingga ke luar kota dan ke luar negeri!
Buah yang masih berkerabat dengan pepaya ini memang unik. Tidak heran banyak orang yang mencari buah ini di Dieng. Buah dengan nama ilmiah Carica pubescens ini juga dikenal dengan sebutan pepaya gunung. Disebut demikian karena tanaman ini lebih memilih tempat hidup di dataran tinggi dengan ketinggian 1.500-3000 mdpl.
Karakter pohon carica memang tidak beda jauh dengan pohon pepaya pada umumnya. Ia merupakan tanaman perdu tak berkayu dengan cabang yang banyak dan ukuran yang kecil. Tinggi pohonnya hanya 1 hingga 2 meter saja. Di Dieng, tanaman carica tumbuh di pinggiran lahan kentang dan tidak ada lahan yang dikhususkan untuk tanaman ini saja. Warga biasa menggunakan pohon ini sebagai pembatas lahan satu dengan yang lainnya.
Buah carica memiliki bentuk tak berbeda jauh dengan pepaya dengan ukuran yang lebih kecil dan bulat. Umumnya buah carica berukuran 6-10 cm dengan diameter 3-4 cm saja. Dagingnya keras dengan warna kuning jingga, rasanya sedikit asam tetapi beraroma harum. Di sekeliling rongganya terdapat banyak biji yang terbungkus selaput sarkotesta berwarna putih dan berair. Bijinya berwarna hitam dan padat. Buah yang belum matang berwarna hijau gelap dengan bentuk yang lebih lonjong, sedangkan ketika sudah matang, warnanya berubah kekuningan dan bentuknya lebih bulat. Buah carica mengandung papain yang bersifat proteolitik dan akan berkurang getahnya ketika mendekati masa kematangan.
Meskipun bergetah, buah carica mengandung kalsium, gula, vitamin A dan C. Selain itu, carica juga mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Oleh karena itu, buah carica dapat melancarkan pencernaan hingga menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.
Buah dengan segudang manfaat ini tidak dapat sembarang tempat dibudidayakan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pohon carica dapat bertumbuh dengan baik di ketinggian 1.500-3.000 mdpl. Selain itu, pohon carica lebih suka dengan tempat yang berkelembapan tinggi. Tidak mengherankan jika pohon carica banyak ditemui di Dieng. Ini karena Dieng memiliki karakter suhu dan ketinggian yang mirip dengan tempat asal carica, yaitu Dataran Tinggi Andes, Amerika Selatan.
Tepatnya, pada masa Perang Dunia II, bangsa Belanda membawa bibit carica ini ke Indonesia. Setelah melakukan uji coba tanam di beberapa Dataran Tinggi di Indonesia, pihak Belanda memutuskan untuk melakukan uji coba kesekian kalinya di Dieng. Di sinilah bibit carica bertumbuh dengan baik dan menghasilkan buah serupa asal-muasalnya.
Oleh warga, tanaman ini dibudidayakan menjadi varian komoditas pendukung selain kentang, kubis, wortel, tembakau, dan teh. Selain di Dieng, pohon carica juga dapat ditemukan di wilayah Bedugul, Bali. Hanya saja, di Bedugul carica tidak dibudidayakan secara masif seperti di Dieng.
Pertumbuhan pariwisata Dieng juga berperan dalam pengenalan carica pada masyarakat luas, hingga akhirnya olahan buah carica dijadikan sebagai oleh-oleh khas yang dapat dinikmati.
Jadi, rasanya seperti ada yang kurang bila ke Dieng tidak membeli dan mencicipi buah carica, ‘kan? Olahan carica mana favoritmu?
Penulis: Yosi Basuki