Cabe Gendot, Saudara Jalapeno dari Dieng

Siapa pecinta makanan pedas di sini?

Jika kamu salah satunya, kamu harus tahu bahwa di Dieng ada cabai yang cukup pedas. Cabai ini dikenal dengan sebutan cabai gendot atau cabai bendung atau lombok bendung. Istilah cabai bendung [bĒ:nĎuŋ] sebenarnya merujuk pada kata Bandung. Ya, nama kota. Namun, bagi masyarakat Dieng, penyebutan ini berkaitan pada sesuatu yang besar. Unik ya?

Menurut sejarah kedatangannya, tanaman cabai ini dibawa dari Semenanjung Yukatan, Amerika Utara. Lalu, saat masuk Indonesia, tanaman cabai ini dibudidayakan di Bandung dan Dieng karena memiliki ketinggian yang relatif sama. Mengingat sebutan lokalnya adalah cabai bendung, bisa jadi tanaman ini hadir di Dieng belakangan setelah tumbuh di Bandung.

Di Dieng sendiri, cabai ini cukup mudah ditemukan di toko oleh-oleh sebagai salah satu hasil bumi kebanggaan. Selain itu, mayoritas warung makan di Dieng juga menyajikan olahan cabai gendot sebagai salah satu kuliner yang perlu dicoba oleh wisatawan.

Lalu, bagaimana bentuk dan tingkat kepedasannya?

Cabai gendot sendiri bernama latin Capsicum chinense yang lebih dikenal dengan sebutan cabai habanero. Cabai ini berbentuk seperti cabai rawit dengan ukuran yang lebih menggembung. Warnanya juga beragam, seperti paprika. Tingkat kepedasan cabai ini mencapai 100.000–350.000 skala Scoville.

Sebenarnya, cabai ini tumbuh baik di daerah panas. Khususnya daerah dengan intensitas matahari tinggi dengan kadar keasaman tanah (pH) 5–6. Kriteria tersebut ditemukan di sekitar lahan pertanian di Dieng yang tidak tertutup pohon besar. Maka, tanaman cabai gendot ini tumbuh subur di pinggiran lahan kentang, yang juga digunakan petani sebagai pembatas wilayah. Tanaman cabai ini juga menyukai tanah yang tidak terlalu lembap, seperti di wilayah Dusun Parikesit dan Patak Banteng. 

Beberapa ahli menyebut tanaman cabai gendot ini sebagai tanaman berbunga abadi. Ini karenan masa hidup tanaman yang cukup panjang dan dapat berbuah banyak di masa panen.

Selain rasa pedas yang memanjakan lidah para pecinta makanan pedas, cabai gendot ini juga memiliki segudang manfaat. Kandungan senyawa capsaicin yang tinggi pada cabai ini merupakan antiinflamasi yang meredakan rasa nyeri. Kandungan ini kerap digunakan pada obat pereda nyeri. Selain itu, capsaicin ini juga membantu mencegah kanker, menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, mengatur kadar insulin, dan menurunkan tekanan darah. Tentu, manfaat ini akan diperoleh dengan konsumsi yang terukur, ya.

Tidak hanya capsaicin yang tinggi, cabai gendot juga memiliki kandungan vitamin C yang tinggi. Selain itu, cabai gendot juga mengandung vitamin A, B6, K,B9, kalium, zat besi, kalsium, magnesium, dan fosfor.

Nah, di Dieng, para penjual makanan yang menggunakan cabai ini akan menyingkirkan bijinya terlebih dahulu sebelum diolah menjadi masakan. Ini sebagai salah satu cara untuk mengurangi rasa pedas cabai gendot. Umumnya, cabai gendot ini ditumis bersama tempe atau jamur. Rasa yang dihasilkan tidak berbeda dengan tumis tempe atau jamur pedas pada umumnya. Hanya saja, pedas dari cabai gendot akan terasa di akhir seusai makan selesai. Sensasi inilah yang menjadikan hidangan cabai gendot menarik bagi wisatawan di Dieng. Kamu berani mencobanya?

Booking on :