Antisipasi Pendaki Nakal, Berikut Syarat Pendakian yang Harus Kamu Pahami

Bulan September lalu, rasanya tidak sedikit masyarakat Indonesia berduka dan geram. Bagaimana tidak? Terdapat setidaknya lima peristiwa yang cukup disayangkan terjadi di gunung atas kelalaian manusianya. Peristiwa kebakaran di Bromo akibat sesi foto prewedding menghabiskan hampir 500 hektare lahan konservasi alam tersebut. Selain itu, kebakaran hutan juga terjadi di Gunung Arjuno yang menghabiskan hingga 5.000 hektare. Beberapa pohon konservasi di Gunung Prau terdampak vandalisme seorang pendaki nakal. Di gunung yang sama juga, seorang pendaki menduduki plang petunjuk arah demi sebuah konten foto. Lalu, ada pula pendaki mancanegara yang sempat hilang beberapa hari di Gunung Andong karena tidak membaca plang yang terpasang.

Peristiwa-peristiwa ini bisa saja hanya segelintir yang mampu terangkum oleh media. Takayal, peristiwa-peristiwa tersebut membuat beberapa jalur pendakian ditutup. Ini adalah tindak lanjut dari para petugas untuk mengantisipasi pendaki nakal dan memberi waktu untuk pemulihan di gunung-gunung tersebut.

Sangat disayangkan melihat perilaku pendaki yang tidak bertanggung jawab. Dan, yang lebih disayangkan lagi, masih banyak orang yang tidak membekali diri dengan informasi jalur pendakian yang dituju. Rasa malas mencari informasi, merasa ribet dengan syarat yang ditentukan jalur pendakian, mencari jalan tikus agar terhindar dari pos pendakian, hingga abai dan nekat terhadap peringatan-peringatan di sekitar mungkin hanya segelintir faktor yang bisa dirangkum tentang bagaimana munculnya pendaki nakal. Faktor-faktor tersebut yang kemudian akan menyusahkan petugas dan, tentu saja, menyusahkan diri sendiri. Jika sudah terkena peristiwa yang tidak mengenakkan, lantas mau bagaimana?

Oleh karenanya, siapa pun yang akan mendaki gunung harus memenuhi syarat-syarat pendakian yang sudah ditentukan oleh petugas. Syarat-syarat tersebut bisa saja berbeda dari setiap pos pendakian. Namun, secara garis besar, berikut syarat yang perlu dipersiapkan teman-teman yang ingin mendaki gunung.

  1. Cari info tentang gunung yang dituju

Rasanya, di zaman ini, tidak ada orang yang tidak dapat mengakses informasi melalui internet. Makin banyak juga platform yang dapat digunakan untuk mencari atau menyebarkan informasi. Media sosial, situs web resmi, artikel-artikel, ataupun blog saat ini bisa menjadi tempat untuk mencari informasi. Taksedikit pula pos pendakian sudah memiliki akun resmi yang bisa diakses secara bebas. Melalui akun resminya, pos pendakian akan membagikan informasi yang dibutuhkan tentang gunung yang dituju. Selain itu, konten informasi tersebut juga kerap dirilis ulang oleh beberapa akun berita, sehingga lebih banyak menjangkau masyarakat.

Konten yang dirilis tidak hanya menampilkan keindahan gunung yang dituju. Informasi tentang waktu buka, waktu penutupan jalur terkait pemeliharaan gunung, cuaca, medan pendakian hingga real-time suasana pendakian juga ditampilkan di sini. Dengan begitu, orang yang belum mengetahui bagaimana keadaan di gunung tujuan akan mendapatkan gambaran apa yang didapatkan kala pendakian. Selain itu, akun-akun dari pos pendakian ini juga sudah dilengkapi dengan kontak yang dapat dihubungi setiap saat, bila ada yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut.

  1. Persiapkan surat-surat terkait pendakian

Setelah informasi tentang pendakian dari akun-akun resmi didapatkan, selanjutnya kita juga perlu mempersiapkan surat-surat perizinan untuk mendaki. Surat-surat ini perlu dipenuhi sebagai jaminan seorang pendaki dalam keadaan yang siap saat mendaki. Surat-surat yang dibutuhkan di antaranya adalah surat keterangan sehat, fotokopi kartu identitas, surat izin orang tua bagi pendaki yang berusia kurang dari 17 tahun, Simaksi bagi pendaki yang memiliki kepentingan khusus, seperti penelitian, pembuatan film atau foto komersial, dan kegiatan pendidikan).

Surat-surat ini nantinya menjadi bahan pendataan bagi para petugas pos pendakian tentang siapa saja yang akan mendaki di jalur tersebut. Di beberapa pos pendakian, para pendaki juga harus menandatangani surat pernyataan untuk klaim asuransi. Masing-masing pos pendakian tidak mutlak sama persyaratannya. Syarat tentang surat yang perlu disiapkan ini diambil secara general dan dapat berubah sewaktu-waktu.

  1. Bawa perlengkapan seperlunya

Pastikan kamu sudah menetapkan berapa lamanya kamu akan di gunung. Lalu, urutkan semua kebutuhan yang perlu dibawa. Bawalah perlengkapan yang jelas akan digunakan selama pendakian. Kurasi kembali barang yang dapat digunakan multifungsi dan barang yang tidak perlu dibawa.

Selain itu, persiapkan juga logistik yang mudah dibawa, mengenyangkan, tahan lama, dan tidak mengundang hewan liar mendekatimu selama pendakian. Jenis makanan yang dapat kamu bawa selama pendakian juga bisa kamu tanyakan ke kontak pos pendakian. Lalu, kemaslah semua barang yang akan dibawa tersebut menggunakan tas yang kuat dan rapat. Maka, kamu pun siap mendaki!

  1. Registrasi di pos pendakian

Registrasi di pos pendakian adalah hal wajib selanjutnya yang perlu dilakukan seorang pendaki. Di pos ini, seorang pendaki harus menyerahkan surat-surat izin, memasukkan data diri, dan membayar retribusi pos pendakian. Perlu diketahui, yang berminat mendaki gunung melalui jalur-jalur yang ada tidak sedikit. Cara memasukkan data diri pun masih dilakukan secara manual. Maka, proses registrasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bergantung antrean yang ada.

Registrasi ini juga dibutuhkan agar petugas dapat memperkirakan berapa banyak orang yang berada di puncak gunung, dan memperkirakan waktu pergantian pengunjung. Tentu, tidak ada pendaki yang ingin kecewa karena puncak gunung yang terlalu ramai, ‘kan?

  1. Membayar retribusi sebagai sebagai bentuk kepedulian terhadap gunung yang dituju

Mendaki gunung juga harus mengeluarkan sejumlah uang untuk retribusi. Mungkin tidak sedikit yang bisa menerima ini. Tapi, retribusi adalah bentuk kepedulian pendaki pada ekosistem gunung yang dituju. 

Sejumlah uang yang perlu dibayarkan ini juga cara seorang pendaki menghargai usaha petugas yang bersusah payah merawat gunungnya. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 pun sudah diatur tarif dasarnya. Maka, harga retribusi pos pendakian harus sesuai dengan peraturan tersebut, baik perubahan yang terjadi menyesuaikan peraturan yang ada.

  1. Bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan selama pendakian

Jika sudah melakukan registrasi dan membayar retribusi, seorang pendaki tidak serta merta diperbolehkan seenaknya sendiri selama pendakian. Setiap sampah, baik organik maupun anorganik, yang dihasilkan merupakan tanggung jawab seorang pendaki.

Sampah organik seperti sisa bahan makanan, sisa makanan, dan sejenisnya dapat dikubur dengan kedalaman sekurang-kurangnya satu perempat meter dari permukaan tanah. Sedangkan, sampah anorganik dapat dikumpulkan menjadi satu dan dibawa turun kembali setelah pendakian. Sampah anorganik dapat dibuang di tempat sampah yang disediakan di pos pendakian.

Sampah anorganik yang sengaja ditinggal oleh pendaki di puncak gunung dapat memicu kebakaran hutan dan tentu saja mengotori alam. Lebih buruk lagi, sampah anorganik juga berdampak pada bergesernya keseimbangan alam dan berubahnya iklim akibat sampah yang sulit terurai.

  1. Turun menuju pos yang sama saat registrasi untuk pengecekan ulang

Setelah puas menikmati hasil jerih payah mendaki gunung dan bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan, pendaki diharapkan turun menuju pos yang sama kala pendakian. Ini ditujukan untuk pengecekan ulang dan memudahkan petugas memastikan nama-nama pendaki yang tercatat telah kembali dengan selamat. Pendaki yang tidak kembali ke jalur yang sama dan tidak melakukan pengecekan ulang juga bisa dianggap sebagai pendaki ilegal, lo. Kalian nggak mau ‘kan di-blacklist karena dianggap pendaki ilegal?

Nah, itulah beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh siapa pun yang ingin mendaki gunung. Sekali lagi, syarat ini dirangkum secara general dari setiap syarat pos pendakian. Masing-masing pos memiliki kebijakannya yang tentu akan berbeda antara satu dan lainnya. Syarat pendakian ini juga sifatnya mutlak diikuti oleh siapa pun, bahkan sekali pun kamu adalah seorang yang sangat berpengalaman di gunung.

Bukan tanpa alasan kenapa syarat ini harus diikuti oleh siapa pun yang ingin mendaki gunung. Kehadiran pendaki tercatat dan terlindungi pihak terkait, akan memudahkan kinerja petugas. Lalu, setiap pihak yang ada di gunung tersebut, baik petugas maupun pendaki akan mendapat rasa aman dan nyaman saat pendakian. Selanjutnya, jika setiap syarat sudah dipenuhi, seorang pendaki dianggap sudah berkontribusi dalam gerakan penjagaan alam melalui tindakan yang sangat sederhana.

Penulis: Yosi Basuki

Booking on :